KSPL Sosialisasi Metode Baku Perhitungan Susut dan Sisa Pangan di Acara Green Economy Expo
Koalisi Sistem Pangan Lestari (KSPL) berkesempatan berbagi tentang rancangan Metode Baku Perhitungan Susut dan Sisa Pangan di acara Green Economy Expo 2024, tepatnya pada Rabu, 3 Juli 2024. Diwakili oleh Eva Bachtiar dari Garda Pangan, KSPL memaparkan tentang latar belakang disusunnya Metode Baku tersebut beserta simulasinya.
Dokumen Metode Baku Perhitungan Susut dan Sisa Pangan yang disusun KSPL bersama Garda Pangan, Parongpong RAW Lab, WRI Indonesia, Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) ini berangkat dari berbagai permasalahan yang diakibatkan dari pangan yang tidak terkelola dengan baik. Bahkan menurut laporan Food Waste Index Report 2024 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan susut dan sisa pangan menyumbang 8-10% emisi gas rumah kaca (GRK) setiap tahunnya.
Begitu pula di Indonesia, ada sekitar 7,29% GRK yang berasal dari FLW, bahkan dalam kurun waktu 2000-2019 mencapai 1.702,9 MtCO2eq. Kerugian yang Indonesia alami mencapai 213-551 triliun rupiah/tahun dalam kurun waktu 20 tahun—setara dengan 4-5% Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal jika terkelola dengan baik, akan ada 61-125 juta orang atau 29-47% populasi Indonesia yang bisa terpenuhi kebutuhan makan dan gizinya. Untuk itu, “perhitungan SSP [susut dan sisa pangan] ini penting sebagai basis pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas langkah pencegahan dan penanganan SPP yang tepat sasaran,” tegas Eva Bachtiar.
Metode baku perhitungan FLW disusun agar dapat diimplementasikan oleh retail dan petani secara swadaya di Indonesia. “Standar perhitungan SSP diadaptasi dari FLW Protocol yang merupakan standar internasional untuk penghitungan FLW, yang telah disesuikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia,” jelas Eva Bachtiar.
Garda Pangan juga melakukan pengujian penerapan Metode Baku Perhitungan Susut dan Sisa Pangan. Kegiatan ini melibatkan 30 petani hortikultura di Kota Batu dan Malang untuk perhitungan susut pangan. Sedangkan untuk perhitungan sisa pangan dilakukan di Mal Sarinah Jakarta.
Selain itu, metode baku perhitungan ini juga telah mengalami beberapa proses sosialisasi, tidak hanya pada petani dan ritel, namun juga kepada pemerintah sebagai pemangku kebijakan. KSPL bersama Garda Pangan dan Parongpong RAW Lab telah melakukan audiensi ke Bapanas dan Bappenas di awal 2024 “Sosialisasi kalkulator perhitungan SSP ini merupakan kegiatan pembuka sebelum publikasi final standar perhitungan SPP,” ungkap Eva Bachtiar.
Keterlibatan KSPL dalam Green Economy Expo menjadi salah satu upaya sosialisasi metode baku perhitungan FLW agar publik mulai terinformasi tentang dampak FLW dan pentingnya melakukan perhitungan. Acara yang diselenggarakan Bappenas ini menghadirkan pembicara dan peserta dari berbagai lini, mulai dari akademisi, lembaga swadaya, komunitas lokal, bisnis, hingga pemerintah. Kegiatan ini mencakup talkshow dan exhibition yang membawa semangat ekonomi sirkular.
“Penanganan food loss and waste ini juga sebagai bagian dari ekonomi sirkular dan ekonomi hijau yang nantinya bisa dimanfaatkan dan dirasakan oleh teman-teman petani. Buku roadmap kami juga ada sistem ekonomi sirkular sektor pangan yang dimulai dari petani, sebagai orang yang melakukan produksi pangan,” jelas Asri Hadiyanti Giastuti dari Bappenas.
Green Economy Expo juga membawa agenda peluncuran roadmap—peta jalan—dan rencana aksi ekonomi sirkular serta peta jalan food loss and waste di Indonesia. Ekonomi sirkular sendiri berangkat dari upaya untuk memperpanjang siklus hidup dari suatu produk, bahan baku, dan sumber daya yang ada agar dapat dipakai selama mungkin. Untuk itu pada prinsipnya, ekonomi sirkular juga termasuk pengurangan limbah dan polusi, menjaga produk dan material terpakai selama mungkin, dan meregenerasi sistem alam.
Dalam peta jalan yang disusun Bappenas, Asri menekankan bahwa, “pertanian ke depannya diupayakan untuk berkelanjutan dan regeneratif.” Ia pun menyambut baik upaya KSPL dalam merespon permasalahan sistem pangan, khususnya susut dan sisa pangan. “Teman-teman tidak hanya di tataran pemerintah, tapi juga implementasinya di lapangan. Itu saya berharap semoga bisa diaplikasikan.”
Metode baku perhitungan susut dan sisa pangan saat ini telah diuji coba pada petani dan ritel. Saat ini pun dalam proses penyempurnaan yang didukung oleh Badan Pangan Nasional. Nantinya, masyarakat pun dapat memanfaatkan perhitungan ini serta memperoleh manfaat dari penerapannya.
“Harapannya, semakin banyak pihak yang dapat menggunakan dan mengambil manfaat dari adanya standar perhitungan ini, agar perhitungan SSP bisa dilakukan secara konsisten,” kata Eva Bachtiar.