Oleh Kirana Agustina, Nanda Noor.

Sabtu, 4.3.21, menjadi hari terpenting dalam kehidupan pasangan Kirana dan Nanda (selanjutnya disebut "Kirananda") sejauh ini. Kami bertemu berkat program Sustainability Champions WRI dan kebijakan bekerja dari rumah selama pandemi. Ya, cinta di masa corona bertumbuh dengan mimpi kami mewujudkan gaya hidup sadar lingkungan dan sosial.

Kehidupan pernikahan yang akan kami jalani seumur hidup tentunya lebih penting daripada acara pernikahan itu sendiri. Namun acara ini menjadi awal yang menentukan bagi perjalanan hidup yang akan kami arungi. Awalnya, kami tidak menyadari tantangan yang harus kami hadapi dalam menerapkan pengetahuan dan kemampuan keberlanjutan yang telah kami dapatkan dari pekerjaan kami. Semoga melalui tulisan ini kami dapat berbagi cerita untuk membantu pasangan lain merajut cerita yang lebih indah lagi.

#KiranandaSetTheSail: Resepsi pernikahan dimulai dengan perjalanan mengarungi danau untuk menemui teman dan keluarga.

Pertama, riset yang luar biasa. Sebagian besar waktu kami dihabiskan untuk mencari dan memilih vendor sadar keberlanjutan terbaik yang ada, yang juga mengikuti protokol kesehatan. Dimulai dengan Dusun Bambu, pemenang penghargaan keberlanjutan yang menjadi tuan rumah resepsi luar ruangan bertemakan ekowisata yang indah tanpa penggunaan listrik berlebih dan dekorasi yang tidak perlu serta menyediakan katering yang hampir sepenuhnya tanpa daging merah. Dengan konsep ‘private sanctuary' dan standar COVID-19 yang luar biasa ketat, tempat ini sangat cocok untuk acara pernikahan yang intim. Gardens of the Sun menjadi penyedia cincin kawin emas dan perak daur ulang yang menawan dan bebas merkuri seraya mendukung perempuan dan masyarakat adat Dayak. Foyya Studio membuat branding dan undangan elektronik bertemakan hutan dan laut yang sangat kreatif. Kami mempercayakan Setali Indonesia untuk merancang gaun pengantin daur ulang dari gudang mereka, sementara SukkhaCitta membuatkan seserahan menggunakan bahan pewarna alami dari pertanian regeneratif untuk menggantikan bahan kimia beracun seraya mendukung mata pencaharian pedesaan di Jawa Tengah. Lasouk menyediakan sajadah daur ulang yang memikat, sementara Sustaination menyediakan peralatan makan dari pelepah ramah lingkungan untuk makan salad sayuran yang diproduksi secara lokal.

Atas pilihan kami sendiri dan karena pembatasan pandemi, tamu yang kami undang relatif sedikit dibandingkan acara pernikahan umumnya di Indonesia, sehingga sampah makanan yang kami hasilkan juga kurang dari 40 kg – jumlah sampah makanan yang biasa diproduksi suatu acara pernikahan. Namun, kami tetap meminta komunitas Sisa Pilah untuk memilah dan mendaur ulang bahan makanan ini. Dengan pendekatan jurnalisme lingkungan, Kirmizi membuat film dokumenter pendek terkait kisah laut dan hutan Kirananda. Kami juga perlu menyebutkan vendor pendukung lainnya: Pala Nusantara (jam tangan pelestarian budaya), Rumah Musik Harry Roesli (pertunjukan musik oleh mantan musisi jalanan), Arte Floral (dekorasi bunga lokal dengan limbah minimal dari mantan pengacara yang beralih menjadi penjual bunga), Ramuraga (kombucha botolan tanpa plastik sekali pakai) dan Rempah Rengganis (tanda terima kasih teh berbasis budaya). Coral Triangle Center (CTC) memfasilitasi penggalangan dana dari para tamu untuk menanam serta mengadopsi terumbu karang dan bintang karang. Inisiatif ini cocok sekali sebagai media pengimbangan kami, sesuai dengan tema besar acara pernikahan mengingat pengantin pria bekerja di sektor hutan sementara pengantin wanita bekerja di sektor kelautan.

Kebun Ide menyediakan salad hidroponik dan buket sayuran bagi para tamu.

Kedua, keterlibatan inklusif. Didorong oleh nilai-nilai agama, Kirananda memprioritaskan orang-orang terdekat: teman dan keluarga, yang mencapai lebih dari setengah vendor kami. Kami mendukung bisnis mereka dengan membayar layanan secara profesional. Bagi beberapa vendor tersebut, ini adalah proyek pernikahan atau proyek bertemakan keberlanjutan pertama mereka. Kami juga meminta sepupu multi-talenta kami MC Rani Hardjadinata untuk memeriahkan acara spesial ini, sekalian memfasilitasi momen reuni keluarga. Selain itu, kami juga perlu menyebut rekan-rekan WRI Indonesia. Dimulai dengan Matron of Honor Nadine Zamira yang membuat buket bunga pengantin yang indah dan mengurus penyediaan sebagian dekorasi bunga dari Floribunda Nursery. Ibu Tieke dari WRI Indonesia, Kebun Ide-nya, saudara perempuannya yang merupakan koki profesional dan anak perempuannya yang berkontribusi memberikan edukasi tentang hidroponik, pembuatan salad segar dengan sayuran produksi lokal serta tambahan karangan bunga yang unik. Sisa Pilah dari Umi membantu memilah makanan dan sampah organik untuk digunakan bagi pertanian terpadu di Manglayang, Jawa Barat. Khesyia, wanita di balik Rempah Rengganis, mendukung rempah-rempah lokal Jawa dan Bali.

Teman-teman WRI Indonesia dan banyak kerabat lainnya juga berkontribusi mengadopsi terumbu karang. Kami berhasil mengumpulkan Rp16 juta (~US$1.100) untuk menanam lebih dari 50 bayi karang di Taman Laut Nusa Penida melalui CTC bersama dengan komunitas lokal Nuansa Pulau Penida. Memanfaatkan inisiatif ini, Kirananda juga menanam 10 pohon mangga di Dusun Bambu dengan bantuan Tim EMISI WRI Indonesia (Dewi, Taki dan Mumtaz) dan Hutan Itu Indonesia (best man Tian). Dalam beberapa dekade mendatang, aksi ini diproyeksikan akan menyerap setengah dari emisi karbon dari transportasi, makanan dan limbah yang diproduksi selama acara pernikahan sebesar ~2 ton CO2. Sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi emisi transportasi ubran, kami mengajak teman dan keluarga untuk berbagi kendaraan (carpool) ke tempat acara. Setelah diingat kembali, kami baru menyadari bahwa inisiatif sederhana ini justru menciptakan kesan intim - pernikahan sekali seumur hidup ini menjadi wadah dimana para vendor dan tamu dapat membangun koneksi.

Atas nama para tamu pernikahan kami, #KiranandaVoyage menanam dan mengadopsi >50 bayi karang dan bintang karang di Taman Laut Nusa Penida melalui urun dana.

Ketiga, pengelolaan dan visi yang jelas. Mengoordinasikan acara ini sambil bekerja penuh waktu menjadi tantangan terbesar. Kami percaya bahwa ide-ide dan pembatasan yang datang dari keluarga, teman, vendor dan dukungan lainnya membantu kami memecahkan dan bukan malah menambah masalah. Seperti yang digambarkan oleh nama #KiranandaSetTheSail, kami memadukan dua nilai dalam keseluruhan pelaksanaan acara pernikahan yang berkelanjutan dan perjalanan mengarungi kehidupan pernikahan tanpa akhir. Penggabungan emosi kami berdua - dan keyakinan spiritual kami yang tidak tergoyahkan – menjadi kunci keberhasilan kami. Tujuan kami untuk membahagian satu sama lain mungkin saja didorong oleh pandangan dan visi kami masing-masing sebagai individu. Namun dalam pertemuan dua hati itulah kami dapat mengubah dunia menjadi sedikit lebih baik, dan semuanya dimulai dari diri kami sendiri – dunia terkecil dalam kehidupan semua orang: keluarga.

Kami berharap artikel singkat ini, yang diterbitkan pada hari ke-100 pernikahan kami, dapat membantu siapa pun yang sedang mempersiapkan acara sekali seumur hidup ini. Luangkan waktu untuk memikirkan dampak dari resepsi pernikahan Anda terhadap dunia. Bukankah akan terasa lebih menyenangkan lagi jika salah satu hari terindah dalam hidup kita juga dapat memberi dampak keberlanjutan bagi bumi dan masyarakat?

Terima kasih, WRI!